Perkembangan Arsitektur Modern
Revolusi industri telah membawa perubahan radikal terhadap
perkembangan kota, teknologi struktur dan material bangunan. Pada saat
yang sama gaya arsitektur hanya berputar pada poros yang sama
(revivalisme) begitu pula banyak hal yang menarik untuk kita simak
bagaimana perkembangan Arstektur modern, Dimulai pada masa Pencerahan,
penekanan pada aspek humaniora dan individualitas menjadi lebih penting
daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur.
Pembangunan ditugaskan kepada arsitek - arsitek individual (sekaligus
general) - Michaelangelo , Brunelleschi , Leonardo da Vinci - dan
kultus individu pun dimulai berikut penjelasan mengenai
perkembangan Arsitektur modern mudah-mudahan bisa memberikan sedikit pencerahan bagi Anda yang membutuhkannya.
1. PERIODE I (1900 – 1929)
Mulai tahun 1890-an sampai dengan 1930-an, terjadi sejumlah pertentangan
dalam dunia Arsitektur yang ditunjukkan melalui munculnya berbagai
eksperimen yang dilakukan oleh perorangan maupun kelompok, Eksperimen
tersebut, diungkapkan sebagai sebuah pertentangan yang mana dibutuhkan
40 tahun untuk mengubah Arsitektur menjadi sekarang apa yang dikenal
sebagai Arsitektur Modern. Hal yang menjadi Pertentangan tersebut antara
lain : Arsitektur sebagai
art vs Arsitektur sebagai
science,
Arsitektur sebagai form vs Arsitektur sebagai space, Arsitektur sebagai
craft vs Arsitektur sebagai assembly dan Arsitektur sebagai karya
manual vs Arsitektur sebagai karya machinal.
Arsitektur modern Mulai menonjol setelah PD I (1917) bersamaan dangan
hancurnya sarana, prasarana dan ekonomi. Konsep ruang arsitektur
sebelumnya dititik beratkan hanya pada kegiatan, emosi & kemulyaan,
maka pada masa ini faktor terbentuknya ruang juga ditunjang faktor
komposisi, rasio, dimensi manusia. Mulai berkembang konsep “
free plan”,
atau “universal plan”, yaitu ruang yang ada dapat dipergunakan unt
berbagai macam aktifitas, ruang dapat diatur fleksibel dan dapat
digunakan fungsi apa saja. “Typical Concept” mulai berkembang yaitu
ruang- ruang dibuat standar dan berlaku universal.
Penggunaan konsep ekonomis mulai ditrapkan. Efisiensi dalam penggunaan
bahan mulai Nampak yaitu terlihat dengan munculnya bentuk bentuk kubus,
terutama pada bangunan bertingkat tinggi antara (arsitektur “kotak
korek” dengan menggunakan struktur beton dan baja). Konsep “Open Space”
Nampak dengan menggunakan jendela kaca yang lebar dan menerus.
Pemakaian bahan terutama “baja, beton dan kaca” dengan bentuk
polos.
Ornamen dianggap sebagai suatu kejahatan. Arsitektur modern berarti
putusnya hubungan dengan sejarah dan daerah. Selalu ingin universal
(karena industri, ilmu pengetahuan dan teknologi yang juga bersifat
universal) dan juga manusianya. (gaya universal sebagai
international style). Pada bulan September 1930 telah diadakan suatu konggres oleh CIAM (Congres Internationaux d’
Architecture Moderne)
yang hasilnya adalah : Arsitektur modern adalah pernyataan jiwa dari
suatu masa, dapat menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan ekonomi
yg ditimbulkan zaman mesin. Yaitu dg dengan menjari keharmonisan dari
elemen-elemen modern serta mengembalikan arsitektur pada bidangnya
(ekonomi, sosiologi, dan kemasyarakatan) yg secara keseluruhan siap
melayani umat manusia. Konsep baru dan sangat mendasar dari arsitektur
modern antara lain adalah FORM FOLLOWS FUNCTION yang dikembangkan oleh
Louis Sullivan (Chicago), dengan beberapa ciri sebagai berikut:
1. Ruang yang dirancang harus sesuai dengan fungsinya.
2. struktur hadir secara jujur dan tidak perlu dibungkus dengan bentukan masa lampau (tanpa ornamen).
3. Bangunan tidak harus terdiri dari bagian kepala, badan dan kaki.
4. Fungsi sejalan/menyertai dengan wujud.
Tokoh pada periode I ini antara lain adalah:
Ø Louis
Sullivan.
Ø Frank Lloyd Wright
Ø Le Corbusier
Ø Walter Gropius
Ø Ludwig Mies van de Rohe
2. PERIODE II (1930-1939).
Pada periode II perkembangan arsitektur modern sudah sampai di seluruh
Eropa, Amerika dan Jepang, yg mana masing-masing daerah mempunyai
perbedaan iklim, keadaan tanah, corak tradisi, yang bisa mempengaruhi
apresiasi bentuknya. Perkembangan metode hubungan ruang, bentuk, bahan
dan struktur tidak lagi bersifat universal, akan tetapi mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan tempat dimana bangunan itu didirikan,
mempunyai hubungan erat dengan spesivikasi kedaerahan dan
keregionalan.Karakteristik bentuk dan tampilan dengan gaya International
Style atau Universal Style dari arsitektur modern pada peride ini
diwarnai oleh tipe-tipe tampilan baru, yaitu tampilan dengan –
memperhatikan penggunaan bahan-bahan local / setempat.
Pada prinsipnya arsitektur merupakan perpaduan antara keahlian,
perkembangan teknologi, industri serta seni dengan faham kedaerahan
(manusia dan lingkungan) dengan tidak mengurangi rasa kesatuan yang
disebut kemanusian, akal dan seni dari arsitektur modern.
Hal ini adalah merupakan keberanian untuk menyalahi zamannya. Hanya
dengan perencanaan yang obyektif dan ketelitian dalam penampilan
bahan-bahan asli, maka bahaya gagalnya perancangan dapat dihindari,
namun demikian karya seperti ini masih banyak dikritik dan disalah
artikan.
Tokoh arsitektur yang menonjol pada Periode II ini adalah:
Ø Alvar Aalto
Ø Arne Jacobsen
Ø Oscar Niemeyer.
Tokoh-tokoh pada Periode I juga berkarya dengan tetap atau terpengaruh
oleh pemikiran Periode II, demikian juga pada periode selanjutnya.
3. PERIODE III (1945 – 1958)
Perang Dunia II (1941 – 1945) menimbulkan kerusakan pada gedung-gedung
dan rumah tinggal, menyebabkan faktor-faktor kebutuhan manusia akan
rumah tinggal dan gedung-gedung menjadi latar belakang pada periode ini.
karena kerusakan akibat perang tersebut perlu dibangun kembali , maka
usaha untuk mempercepat pembangunan antara lain dengan fabrikasi
komponen bangunan yang lebih ekonomis dan rasional sesuai dengan tujuan
Revolusi Industri . Konsekuensi dari pandangan tersebut antara lain
ornamen dianggap sebagai suatu kejahatan dan klassisme baru yang pernah
diapakai oleh kaum fasis dan nazi menjadi simbol negatif dan perlu
ditolak.
Dalam sejarah Arsitektur, berakhirnya Perang Dunia II membawa perjalanan
Arsitektur dapat dibaca dari dua sisi yang saling berlawanan yakni:
a) Bagi mereka yang berpihak pada Teknologi dan Industrialisasi, tahun
1950-an dikatakan sebagai titik puncak kejayaan Arsitektur Modern.
Dimana tahun 50-an di sebut mass production (produksi bahan bangunan
oleh pabrik). Dalam hal ini mereka menerapkan kecepatan dalam membangun
(pabrikasi komponen bangunan), efisien, ekonomis, dan rasional.
Penekanannya pada rasionalitas. Bangunan yang demikian ini dianggap
mencerminkan fungsinya dan gejala ini melintasi batas Negara dan budaya,
sehingga dapat dianggap bersifat Internasional.
b) Bagi mereka yang menempatkan Arsitektur sebagai karya yang estetik
dan artistik, tahun 1950-an dilihat sebagai titik awal kemerosotan
Arsitektur Moderen dengan alasan antara lain:
1. Karena Arsitektur telah kehilangan identitas/ ciri individual
perancangnya. Tahun-tahun itu, nama yang dikenal orang adalah nama
biro-biro Arsitektur, bukan arsiteknya.
2. Walaupun Arsitektur menjadi sangat demokratis, dalam masyarakat tidak
bisa dihilangkan adanya hirarki atau kelas-kelas. Maka kata-kata
demokratis itu sama saja bohong/ omong kosong.
3. Dengan maraknya produksi massal, pabrik-pabrik dapat menghasilkan
bahan-bahan bangunan yang sejenis atau mirip, tapi dengan kualitas
berbeda.
4. Karena penekanan perancangan pada space, maka desain menjadi polos,
simpel, bidang-bidang kaca lebar. Ciri ini juga disebut nihilism yang
berarti tidak ada apa-apanya kecuali geometri dan bahan. (Dengan
demikian, siapa pun bisa menjadi arsitek. Tidak ada bedanya arsitek atau
bukan. Kalau sudah begini, apa gunanya sekolah arsitek?)
5. Keseragaman bentuk yang geometris menyebabkan pemandangan yang
disharmoni, tidak menyatu dengan lingkungan. Terutama di Eropa, di mana
bentukan yang geometrik dianggap merusak dan memperburuk wajah
lingkungan yang masih kental dengan wajah-wajah neoklasik/pramodern.
6. Dengan hilangnya batas dunia, mengakibatkan hilangnya privacy. Contoh: diterapkannya open plan, yang berarti anti privacy.
Pada masa ini timbul aliran yang disebut Eklektisisme, aliran yang
berpedoman mengambil yang paling baik diantara yang sudah ada, untuk
digunakan sebagai bagian dari sesuatu yang baru. Prinsip-prinsip
perancangannya didasari pada kebutuhan, fungsi yang dipadu dengan hasil
penemuan teknik serta keindahan mesin, menginginkan satu kesatuan antara
manusia dengan lingkungannya. Ekspresi bentuk massa bangunan serta
materi yang dominan pada periode ini dapat dibagi atas:
Ø Bentuk curvelinier geometris yang plastis dengan penggunaan bahan dan
struktur utama pada umumnya beton serta struktur atap baja.
Ø Bentuk geometri (kubus, prisma), umumnya menggunakan baja sebagai struktur utama dengan dinding kaca sebagai penutup.
Ø Arsitektur Landscape mulai dikembangkan, dengan menggunakan bahan,
fungsi, sistem pencahayaan, bentuk masa, dipengaruhi oleh keadaan iklim,
topografi dan sifat kenasionalan.
Tahun 50-an dikatakan sebagai puncak Arsitektur Modern di sebabkan oleh:
1. Karena tahun 50-an, segenap filosofi dan prinsip Arsitektur sebagai
ilmu telah dapat diformulasikan dengan sempurna dari ide sampai dengan
realisasinya: bangunan kotak dan geometris murni, Platonic solid,
menjadi ekspresi yang pas bagi Arsitektur sebagai ilmu, karena dalam
ilmu, yang disebut bentuk jikalau memenuhi aturan-aturan geometri,
misalnya : lingkaran, bujursangkar, segitiga ( 2 matra/Dimensi ) dan
bola, piramid, kubus ( 3 matra/Dimensi ).
2. Karya-karya Arsitektur mampu dan sangat sempurna untuk
mengekspresikan space/ruang (ciri utama ruang adalah: ada tapi tidak
dapat dilihat ) yang diwakili oleh kaca lebar dan bidang-bidang polos
(Kaca adalah elemen ruang yang sangat tepat untuk mewakili ruang, karena
kaca juga memiliki ciri `ada tapi tak terlihat’. Bidang polos pun
dianggap sebagai pengekspresi ruang).
4. PERIODE III fase I (1949 – 1958).
Pada periode ini penyatuan antara karakter bangunan dengan fungsi,
perancangan tidak hanya mempertimbangkan bagian dalamnya saja, tetapi
juga hubungannya dengan keadaan lingkungan di mana bangunan tersebut
akan berdiri (misalnya : iklim).
Bangunan yang ercipta mencerminkan suatu dialogi dengan teknologi, hal
ini terlihat dari penggunaan produk baru, seperti; baja, alumunium,
metal, beton pracetak. Yang penggunaannya dapat dibagi menjadi dua
prinsip dasar yang berbeda yaitu:
v Dilihat dari segi keindahan eksterior dan interior (estetika).
v Dilihat dari metode produksi (efisiensi).
Ciri-ciri lain pada bangunan masa ini adalah:
1. Penggunaan bidang kaca yang lebar.
2. Penggunaan dinding penyekat yang diproduksi secara industrial.
3. Permukaan bangunan mulai agak kasar. (menjurus ke brutalisme).
4. Sistem “cantilever” dengan tujuan untuk mendapatkan lantai lebih luas.
Ada 5 aliran yang berkembang pada masa ini (1950an):
1. Aliran “penyederhanaan bentuk” (minimalism), di dalam kesederhanaan
berusaha mencapai efek yang kaya. Bentuknya lurus-lurus hampir sama
untuk berbagai jenis bangunan. ( tokohnya : Mies-van de Rohe).
2. Aliran “bentuk sesuai dengan fungsi dan bahan”, bila ada bagian yang
perlu ditonjolkan akan dibuat menonjol, sehingga ada variasi pada bentuk
masanya. Aliran ini bentuknya lebih plastis dibandingkan aliran di
atas. (tokohnya: Alvar Aalto).
3. Aliran “pernyataan bentuk melalui struktur” (experimental structure),
bentuk terlahir dari permainan gaya-gaya struktural, sehingga tercipta
bangunan yang istimewa bentuknya dan berskala besar.(tokohnya: Eero
Saarinen).
4. Aliran “organik” (organic architecture), berusaha menghubungkan alam
dan lingkungan ke dalam pemecahan masalah arsitektural (tokohnya: Frank
Lloyd Wright).
5. Aliran “perubahan sikap terhadap zaman yang lampau”, menggunakan
kembali langgam- langgam dari masa lalu yang sudah dipermodern dan
disederhanakan.
(tokohnya : Minoru Yamasaki).
5. PERIODE III fase II (1958 – 1966).
Setelah mengalami beberapa variasi sebagai akibat dari kemajuan
teknologi dan pandangan-pandangan pada fase I dan periode sebelumnya.
Pada fase ini timbul dua aliran yang menonjol di Eropa dan Amerika
yaitu:
1. Aliran “Brutalisme”, berasal dari beton brut (beton telanjang), yang
dipakai oleh Le Corbusier pada bangunan Unite d’Habitation di
Marseilles. Bangunan yang dibuat dengan gaya seperti ini, yaitu
menggunakan bahan bangunan yang kasar, seperti beton expose, batu bata
kasar dan bahan lain yang sejenis termasuk di dalam aliran ini.
Brutalisme mengalami dua fase, yaitu:
Ø Brutalisme dalam artian sempit dalam lingkungan Smitthsons (Inggris), lebih mementingkan etika dari pada estetika.
Ø Internasional Brutalisme, disini lebih bertujuan pada estetika.
Brutalisme memulai suatu perancangnan dari kumpulan ruang yang kecil dan
terpisah serta dihubungkan dengan elemen-2 fungsional yang bebas dan
dengan indah dikembangkan ketika bergabung bersama. Bentuk keseluruhan
dari bangunan merupakan faktor yang menentukan, tetapi bagian-bagian
individual dinyatakan dengan tegas dan teliti. (tokohnya: Le Corbusier,
Paul Rudolph, Michael Kallmenn, Eero Sarine, Kenzo Tange, Stubbin).
2. Aliran “Formalisme” ,perancangan bangunan berdasarkan segi estetika,
lebih menonjolkan bentuk bangunan. Penampilan dipengaruhi oleh faktor
emosi dan perasaan dari arsitek, fungsi dinomer duakan, bentuk luar
tidak sesuai dengan fungsinya. Slogan “Form follows function” dirubah
menjadi “Form evokes function” (bentuk menciptakan fungsi), bentuk
adalah merupakan titik tolak perancangan. Formalisme dipengaruhi aliran
lainnya:
Ø Formalisme vs Brutalisme; bertitik tolak pemikiran yang sama yaitu
technical excellence, kekuatan teknik sebagai suatu cara untuk mencapai
keindahan ideal. (Paul Rudolph).
Ø Formalisme vs Neo-Historisme; ditrapkan bentuk-bentuk masa lampau yang
tujuannya untuk mencapai estetika, perletakan masa simetris, ada plaza
di tengah dan penyusunan ruangnya sama dengan masa abad XIX.
Faham dan aliran yang berkembang pada arsitektur modern memang banyak,
namun perbedaannya sangat tipis. Dan sering perbedaan ini lebih banyak
disebabkan oleh penekanan permasalahan yang berbeda, sedangkan inti
permasalahannya sama, yaitu ingin menciptakan arsitektur yang efisien.
Setelah berjalan beberapa lama, maka arsitektur modern dapat disimpulkan mempunyai ciri sebagai berikut:
Ø Terlihat mempunyai keseragaman dalam penggunaan skala manusia.
Ø Bangunan bersifat fungsional, artinya sebuah bangunan dapat mencapai tujuan semaksimal mungkin, bila sesuai dengan fungsinya.
Ø Bentuk bangunan sederhana dan bersih yang berasal dari seni kubisme
dan abstrak yang terdiri dari bentuk-bentuk aneh, tetapi intinya adalah
bentuk segi empat.
Ø Konstruksi diperlihatkan.
Ø Pemakaian bahan pabrik yang diperlihatkan secara jujur, tidak diberi ornamen atau ditempel - tempel.
Ø Interior dan eksterior bangunan terdiri dari garis-garis vertikal dan horisontal.
Ø Konsep open plan, yaitu membagi dalam elemen-elemen struktur primer
dan sekunder, dengan tujuan untuk mendapatkan fleksibelitas dan variasi
di dalam bangunan.
Karakter arsitektur modern, menurut Bruno Taut:
· Bangunan mencapai kegunaan semaksimal mungkin, menjadi syarat utama dari bangunan.
· Material dan sistem bangunan yang digunakan ditempatkan sesudah syarat di atas.
· Keindahan tercapai dari hubungan langsung antara bangunan dan
kegunaannya, ketepatan penggunaan material dan keindahan sistem
konstruksi.
· Esteika dari arsitektur baru tidak mengenal perbedaan antara depan
dengan belakang, facde dengan rencana lantai, jalan dengan halaman
dalam; tidak ada detail yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian
yang diperlukan bagi keseluruhan.
· Pengulangan tidak lagi dianggap sebagai sesuatu yang harus
dihindarkan, tetapi merupakan alat yang penting dalam ekspresi artistik.
3.1.2 Periode Sejarah Arsitektur Postmodern
Pengertian Arsitektur postmodern :
Arsitektur yang sudah melepaskan diri dari aturan-aturan modernisme. Tapi kedua-duanya masih eksis.
Anak dari Arsitektur Modern. Keduanya masih memiliki sifat/ karakter
yang sama. Koreksi terhadap kesalahan Arsitektur Modern. Jadi hal-hal
yang benar dari Arsitektur Modern tetap dipakai.
merupakan pengulangan periode 1890-1930.
Arsitektur yang menyatu-padukan Art dan Science, Craft dan Technology,
Internasional dan Lokal. Mengakomodasikan kondisi-kondisi paradoksal
dalam arsitektur.
Tidak memiliki hubungan sama sekali dengan Arsitektur Modern.
Arsitektur Post Modern lahir karena beberapa hal antara lain Arsitektur
Modern dipermalukan karena tidak begitu menghargai sejarah ,kemudian
terjadinya Gerakan Internasional Mahasiswa di berbagai negara dengan
tujuan secara umum yang sama yaitu menuntut kebebasan karena sebelum
masa pemberontakan tersebut pada umumnya pusat-pusat intelektual
/sekolah-sekolah secara politik dikuasai pemerintah sehingga melalui
gerakan mahasiswa ini kemandirian mahasiswa dihargai. Kemudian tumbuhnya
peristiwa kebudayaan dalam gaya hidup dan munculnya demonstrasi orang
tua yang menurut mereka orang-orang modern bisanya cuma merusak bukan
memelihara . Aliran Late Modern itu sendiri merupakan aliran Modern
karena pada dasarnya hanya mengolah segi bahan , tampak dan struktur
bangunan,sedangkan Post Modern sautu mutasi karena mencoba memasukkan
kembali nilai-nilai sejarah dan tradisional dalam arsitektur ,suatu hal
yang sebelumnya sangat ditentang Modernisme.
Post Modern timbul pada saat aliran Modern sudah mencapai klimaks
pertumbuhannya dan sebagai suatu aliran baru yang merupakan perubahan
dramatis arsitektur Modern dan Internasional Style . Reaksi lain yang
timbul adalah slogan ‘ Less is More ‘ diubah menjadi ‘ Less is Bore ‘
oleh Venturi . Istilah Post Modern pertama kali oleh Arnold Toynbee,
tetapi bukan dalam konteks Arsitektur . Kemudian dipindahkan dalam
konteks Arsitektur oleh Arsitek Joseph Hudnut pada tahun 1949 dan
kemudian Geoffrey Barraclouyh ( sesudah Toynbee ) yaitu untuk
menggambarkan suatu jaman yang penuh dengan keanekaragaman dalam
peradaban yang saling berdampingan satu dengan yang lainnya .
Arsitektur PostModern bermula dari kejenuhan masyarakat terhadap
arsitektur modern, maka timbullah gerakan pembenahan dari para arsitek
Arsitektur post modern ini muncul dalam tiga versi atau sub langgam
yaitu: purna modern, pasca modern, dan dekonstruksi. Arsitektur purna
modern dan neo modern merupakan hasil pemikiran arsitektur untuk
mengkoreksi degradasi yang terjadi.
Ciri ‑ciri umum Arsitektur postmodern: Untuk lebih memperjelas
pengertian arsitekturpost modern, Charles Jencks memberikan daftar
ciri–ciri sebagai berikut:
1. Ideological adalah Suatu konsep bersistem yang menjadi asas pendapat
untuk memberikan arah dan tujuan. Jadi dalam pembahasan Arsitektur post
modern, ideological adalah konsep yang memberikan arah agar pemahaman
arsitektur post modern bisa lebih terarah dan sistematis.
a) Double coding of Style
Bangunan post modern adalah suatu paduan dari dua gaya atau style, yaitu :
Arsitektur modern dengan arsitektur lainnya.
b) Popular and pluralist
Ide atau gagasan yang umum serta tidak terikat terhadap kaidah tertentu,
tetapi memiliki fleksibilitas yang beragam. Hal ini lebih baik dari
pada gagasan tunggal.
c) Semiotic form
Penampilan bangunan mudah dipahami, Karena bentuk–bentuk yang tercipta menyiratkan makna atau tujuan atau maksud.
d) Tradition and choice
Merupakan hal–hal tradisi dan penerapannya secara terpilih atau disesuaikan dengan maksud atau tujuan perancang.
e) Artist or client
Mengandung dua hal pokok yaitu: Bersifat seni (intern) dan Bersifat umum (extern)
Yang menjadi tuntutan perancangan sehingga mudah dipahami secara umum.
f) Elitist and participative
Lebih menonjolkan suatu kebersamaan serta mengurangi sikap borjuis seperti dalam arsitektur modern.
g) Piecemal
Penerapan unsur–unsur dasar, secara sub–sub saja atau tidak menyeluruh.
Unsur–unsur dasar seperti: sejarah, arsitektur vernakular, lokasi, dan
lain–lain.
h) Architect, as representative and activist
Arsitek berlaku sebagai wakil penerjemah, perancangan dan secara aktif berperan serta dalam perancangan.
2. Stylitic (ragam) adalah Gaya adalah suatu ragam (cara, rupa, bentuk,
dan sebagainya) yang khusus. Pengertian gaya – gaya dalam arsitektur
post modern adalah suatu pemahaman bentuk, cara, rupa dan sebagainya
yang khusus mengenai arsitektur post modern:
a) Hybrid Expression adalah Penampilan hasil gabungan unsur–unsur modern
dengan: Vernacular, Local, Metaphorical, Revivalist, Commercial, dan
contextual.
b) Complexity adalah Hasil pengembangan ideology–ideology dan ciri–ciri
post modern yang mempengaruhi perancangan dasar sehingga menampilkan
perancangan yang bersifat kompleks. Pengamat diajak menikmati,
mengamati, dan mendalami secara lebih seksama.
c) Variable Space with surprise adalah Perubahan ruang–ruang yang
tercipta akibat kejutan, misalnya: warna, detail elemen arsitektur,
suasana interior dan lain–lain.
d) Conventional and Abstract Form adalah menampilkan bentuk konvensional
dan bentuk‑bentuk yang rumit (popular), sehingga mudah ditangkap
artiinya.
e) Eclectic adalah Campuran langgam–langgam yang saling berintegrasi secara kontinu untuk menciptakan unity.
f) Semiotic adalah Arti yang hendak di tampilkan secara fungsi.
g) Varible Mixed Aesthetic Depending On Context Expression on content
and semaic appropriateness toward function. Gabungan unsur estetis dan
fungsi yang tidak mengacaukan fungsi.
h) Pro Or Organic Applied Ornament adalah Mencerminkan kedinamisan sesuatu yang hidup dan kaya ornamen.
i) Pro Or Representation adalah Menampilkan ciri–ciri yang gamblang sehingga dapat memperjelas arti dan fungsi.
j) Pro-metaphor adalah Hasil pengisian bentuk–bentuk tertentu yang
diterapkan pada desain bangunan sehingga orang lebih menangkap arti dan
fungsi bangunan.
k) Pro-Historical reference adalah Menampilkan nilai-nilai histori pada setiap rancangan yang menegaskan ciri-ciri bangunan.
l) Pro-Humor ialah Mengandung nilai humoris, sehingga pengamat diajak untuk lebih menikmatinya.
m) Pro-simbolic adalah Menyiratkan simbol-simbol yang mempermudah arti dan yang dikehendaki perancang.
3. Design Ideas adalah suatu gagasan perancangan. Pengertian ide-ide
desain dalam Arsitektur Post Modern yaitu suatu gagasan perancangan yang
mendasari Arsitektur Post Modern.
a) Contextual Urbanism and Rehabilitation ialah Kebutuhan akan suatu fasilitas yang berkaitan dengan suatu lingkungan urban.
b) Functional Mixing ialah Gabungan beberapa fungsi yang menjadi tuntutan dalam perancangan.
c) Mannerist and Baroque ialah Kecenderungan untuk menonjolkan diri.
d) All Phetorical Means ialah Bentuk rancangan yang berarti.
e) Skew Space and Extensions adalah Pengembangan rancangan yang asimetris-dinamis.
f) Street Building.
g) Ambiquity adalah Menampilkan ciri-ciri yang mendua atau berbeda tetapi masih unity dalam fungsi.
h) Trends to Asymetrical Symetry adalah Menampilkan bentuk-bentuk yang berkesan keasimetrisan yang seimbang.